Selasa, 13 Desember 2016

PENCATATAN BARANG DAGANG AKUNTANSI



BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
            Di Era Globalisasi perkembangan perekonomian berkembang dengan sangat pesat. Berkembangnya perekonomian di Indonesia tidak lepas dari semua kegiatan perusahaan baik di bidang perusahaan dagang, perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Setiap kegiatan usaha memiliki tujuan yang berbeda-beda dengan cara pencapaian tujuan yang berbeda-beda. Berkembangnya perekonomian di Indonesia dapat mempengaruhi peluang usaha setiap perusahaan yang semakin meningkat, sehingga membuat perusahaan lebih bersaing guna mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, bahkan untuk memperluas kegiatan usaha perusahaan tersebut (Earl et. al. : 2009:XI)
            Dengan meningkatnya setiap kegiatan usaha dan munculnya berbagai perusahaan, baik perusahaan industry, perusahaan dagang maupun perusahaan jasa, akan menimbulkan banyak persaingan di dunia usaha.
           Dengan demikian, manajemen perusahaan di haruskan mengambil keputusan atau kebijakan-kebijakan yang dapat mempertahankan segala kegiatan usahanya. Persaingan yang semakin ketat membuat manajemen perusahaan harus mengatur kebijakan atas asset yang dimiliki oleh perusahaan terutama asset lancar yang merupakan elemen penting yang dapat menunjang aktifitas operasional perusahaan.
         Dengan daya saing di sektor usaha yang semakin meningkat, harus semakin baik pula perusahaan dalam memanajemen segala kegiatan yang dapat membuat perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan maupun penurunan jumlah konsumen. Sama halnya dengan  perusahaan dagang, perusahaan jasa juga banyak bersaing untuk mendapatkan konsumen dan mendapatkan laba sebanyak-banyaknya. Berbagai cara banyak yang di lakukan oleh perusahaan guna meningkatkan penjualan dan meningkatkan jumlah konsumen.
           Namun tidak lepas dari itu semua perusahaan yang bergerak dibagian manufaktur ataupun perdagangan akan menghadapi beberapa pemasok-pemasok tetap untuk melancarkan usahanya demi mencapai tujuannya. Dilihat dari sector efesiensi kerjasama antara perusahan dan pemasaok untuk menyuplai barang/produk persedian menjadi barang untuk dijual perusahan ke konsumen haruslah konsisten dan selalu siap sebagaimana janji-janji pemasok yang telah di tandatagani melalui kontrak kerja antara perusahan dan pemasok itu sendiri.
          Dalam menghadapi hal ini sebelum pemasok mulai menyuplai produknya tentulah saja harus melalui dan mengikuti prosedur perusahaan agar berjalan sesuai dengan kesepakatan masing-masing, dimana produk yang di jual pemasok pada perusahaan haruslah melalui pencatatan terlebih dahulu untuk menghindari lost margin/kerugian kehilangan.
           Pencatatan ini dilakukan agar keuntungan maupun kerugian perusahan dapat diketahui. Selain itu menjadi bahan perimbangan bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk perusahan dan menjadi tugas managamen accosting ( keuangan ).

B.   Rumusan masalah
           Dari latar belakang yang telah di bahas sebelumnya maka penulis mengabil rumusalan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanaka system tranksaksi pencatatan barang dagang?
2.    Apa saja prosedur-prosedur pencatatan barang dagang?
3.    Sistem apa yang paling identik yang dilakukan perusahan dagang pada umumnya?
4.    Apa perbedaan FIFO dan LIFO dalam perusahan perdagangan?


C. Tujuan Penulis
1. Bagi Peneliti
a. sebagai wawasan pengetahuan mengenai pencatatan barang activation serta    mengaitkan teori-teori yang di dapat selama perkuliahan terhadap kondisi yang nyata di Lapangan.
2. Bagi Pembaca
a. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai pencatatan barang dagang
b. Sebagai panduan bagi pembaca apabila akan melakukan penulisan tugas akhir yang berhubungan dengan masalah pencatatan dan Sebagai wawasan dalam menambah ilmu tentang akuntansi pencatatan barang dagang di suatu perusahaan.
3. bagi pihak-pihak lain
a. sebagai bahan masukan, informasi, acuang, dan pustaka bagi pihak-pihak penemu teori tentang pencatatan yang akan datang.




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Perusahaan Dagang
           Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, didirikan, bekerja, dan berkedudukan di tempat tertentu dengan tujuan memperoleh laba atau keuntungan.
           Tujuan setiap perusahaan, yaitu untuk memaksimalkan keuntungan yang dihasil kan. Keuntungan atau laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima perusahaan atas penjualan barang atau jasa kepada pelanggan dari jumlah yang harus dike lu ar kan untuk meng hasilkan dan menjual barang atau jasa tersebut. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualnya kembali kepada pe langgan tanpa diproses terlebih dahulu atau tanpa diubah bentuknya. Bentuk perusahaan dagang, antara lain supermarket, penyalur atau distributor, retailer, dan pengecer.
           Berdasarkan definisi perusahaan dagang, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perusahaan dagang, yaitu sebagai berikut.
a. Perusahaan dagang membeli barang dagangan untuk dijual kembali kepada pelanggan.
b.. Barang dagangan yang dibeli tidak diproses terlebih dahulu sebelum dijual kepada pelanggan
c.  Dalam menghasilkan pendapatan, dilakukan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan.
d.  Penjualan merupakan pendapatan untuk perusahaan dagang.
e. Biaya untuk memperoleh barang dagangan dilaporkan sebagai harga pokok penjualan.
f.   Barang dagangan yang belum terjual disebut persediaan barang dagangan yang dilaporkan sebagai aktiva lancar dalam neraca.



            Di dalam suatu dunia industri perdagangan dan distribusi, barang dijadikan sebagai unsur utama yang diniagakan mulai pembelian hingga penjualan. Persediaan Barang dangan ini dibagi dalam berbagai aspek sebagai berikut:
1.    Barang dalam industri perdagangan
Barang yang digunakan dalam bidang usaha ini dibeli dari pemasok, disimpan, dan kemudian dijual kepada pelanggan tanpa adanya perubahan komposisi atas barang yang dimaksud.
2. Barang dalam industri manufaktur
Barang yang digunakan dalam bidang usaha ini pada dasarnya memerlukan proses pengolahan lebih lanjut sebelum dijual kepada pelanggan. Adapun jenis barang yang dimaksud dibagi menjadi 3 bagian antara lain:
a. Bahan Mentah, yaitu bahan yang dibeli dari pemasok untuk diolah lebih lanjut.
b. Bahan Penolong/ Setengah Jadi, yaitu bahan yang telah diolah namun masih perlu proses penyelesaian.    
c. Barang Jadi, yaitu barang yang telah telah selesai diproduksi dan siap untuk dipasarkan. Pencatatan Persediaan
           Secara garis besar, transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat, yaitu pembelian, pengeluaran kas, penjualan, dan penerimaan kas.
a. Pembelian
           Transaksi pembelian hanya meliputi pembelian barang dagang an, yaitu barang yang akan dijual kembali kepada pelanggan. Transaksi pembelian ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
2.    Pengeluaran Kas
3.    Beban Angkut Pembelian
4.    Potongan Tunai Pembelian
b.    Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
c. Penjualan
Transaksi penjualan hanya meliputi penjualan barang dagangan. Transaksi penjualan ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Potongan Tunai Penjualan
2) Retur Penjualan dan Pengurangan Harga

c.    Penerimaan Kas
Tabel 1.2 sebagai berikut









Tabel 1.3 Sebagai berikut


C.   Metode Pencatatan Persediaan

          Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi.  Dalam neraca perusahaan dagang, persediaan pada umumnya merupakan nilai yang paling signifikan dalam aset lancar.  Dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting dalam menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu.  Metode pencatatan persediaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu metode periodik (sistem fisik) dan metode perpetual. Antara lain sebagai berikut:
A.           Metode fisik
           Selama ini, metode pencatatan barang dagang dalam perusahaan yang dipelajari untuk persediaan barang dagang dapat di ikhtisarkan sebagai berikut
Disediakan satu akun yang disebut Persediaan Barang Dagang dalam buku besar perusahaan.  Akun ini digunakan untuk mencatat persediaan barang dagang yang ada di awal dan akhir periode.  Persediaan barang dagang yang ada di awal dan akhir periode itu sendiri ditentukan dengan jalan melakukan perhitungan fisik terhadapnya, perhitungan ini nantinya diambil sebgai informasi dalam.  Pencatatan untuk persediaan awal dan akhir dilakukan dengan membuat jurnal penyesuaian.  Akun lawan untuk jurnal penyesuaian persediaan adalah Ikhtisar Laba Rugi.
           Disediakan satu set akun yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi pembelian barang dagang serta transaksi-transaksi lain yang berhubungan dengannya.
            Misalnya, transpor pembelian, potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga, dan terakhir adalah penjualan.  Saldo dari  satu set akun ini bila digabungkan akan mernghasilkan pembelian bersih dari suatu pembelian barang.     
Harga pokok penjualan selama periode tertentu dihitung dengan menggunakan secara berikut :
(Persediaan barang dagang pada awal periode + Pembelian bersih selama periode
= Persediaan tersedia dijual - Persediaan pada akhir periode = Harga pokok penjualan)
          Sistem pencatatam ini disebut sistem periodik (periodic method). Metode pencatatan lain untuk persediaan adalah yang disebut metode perpetual atau metode saldo permanen (perpetual method) yang diterangkan sebagai berikut.

b.             Metode saldo permanen (perpetual methode)

           Dalam sistem saldo permanen tidak disediakan akun pembelian dan akun-akun lain yang berhubungan dengannya.  Pembelian barang dagang langsung dicatat ke akun persediaan.  Harga pokok penjualan tidak dihitung secara periodik, tetapi dihitung dan dicatat setiap kali terjadi transaksi.  Untuk ini, dibuat satu akun tersendiri yaitu: Harga pokok penjualan.  Akun persediaan barang dagang dalam metode saldo permanen digunakan untuk mencatat persediaan yang ada di awal periode, pembelian yang dilakukan selama periode,penjualan yang dilakukan semala periode dan persediaan yang ada di akhir periode.  Misalnya, apabila pada tanggal 14 Januari 200A terdapat pembelian tunai barang A sebanyak 1.000 unit dengan harga Rp 50 per unit maka ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

Ket
D
K
Persedian barang dagang
50.000

Bank/kas

50.000

          Apabila digunakan metode periodik, sisi debit dari ayat jurnal tersebut di atas adalah akun: Pembelian. Apabila terjadi penjualan, maka pengurangan persediaan yang diakibatkan langsung dicatat.  Pengurangan persediaan ini, pada hakikatnya merupakan penambahan harga pokok penjualan, yang nilainya ditentukan oleh metode penetapan harga pokok yang dipakai.  Anggaplah bahwa pada tanggal 15 Januari 200A terjadi penjualan tunai barang A sebanyak 800 unit dengan harga jual Rp 75 per unit.  Untuk sementara anggaplah barang-barang yang dijual adalah barang-barang yang dibeli pada tanggal 14 Januari 200A tersebut di atas. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan jadi tampak seperti terlihat sebagai berikut :

Ket
D
K
Bank/Kas
60.000

Penjualan

60.000
 
HPP
50.000

Persedian Barang dagang

50.000

          Dapat dilihat bahwa dalam sistem periodik ayat jurnal (2) tersebut di atas tidak dibuat.  Harga pokok penjualan dalam sistem periodik dihitung secara berkala pada akhir periode akuntansi, bukan pada setiap terjadi penjualan.  Ayat jurnal (1) merupakan ayat jurnal yang biasa dibuat untuk penjualan.  Ayat jurnal ini dibuat baik pada sistem periodik maupun saldo permanen lalu di buat dan diposting ke jurnal umum:
c.            Kartu stok
           Dalam metode saldo permanen setiap jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau kartu persediaan (stock card).  Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis barang yang ada, disebut buku stok atau buku persediaan.  Ada tiga hal yang dicatat dalam kartu stok, yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu transaksi.  Kartu stok menyediakan tiga kolom untuk hal tersebut.  Masing-masing kolom dibagi dalam tiga sub kolom yang berisi: banyaknya unit (kuantitas), harga pokok/unit dan jumlah (kuantitas dikalikan harga pokok/unit).  Tiap transaksi dicatat kuantitas barangnya, harga pokok/unit jumlah nilainya, atau semua nilai yang telah ditranksaksi.
           Penambahan dalam kartu stok, biasanya berasal dari pembelian barang dagang.  Di samping pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal dari penjualan retur.  Pengurangan dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari penjualan barang dagang.  Pengurangan dapat juga terjadi dari pembelian retur.
D.   Sistem Pencatatan Persediaan Menurut Para Ahli
           Dalam pencatatan persediaan barang dagang  memiliki 2 cara dalam system manajemen perusahaan menurut (Earl et. al. : 2009:125) sebagai berikut:
1. Sistem Perpetual (Metode Buku), yaitu pencatatan persediaan yang dilakukan secara berkesinambungan langsung pada jumlahnya dan harga pokoknya. Pada sistem ini, perusahaan langsung dapat melihat berapa jumlah persediaan beserta harga pokoknya secara mutakhir dan akurat. Meskipun pada akhir periode ditemukan adanya ketidaksesuaian jumlah fisik dan pembukuan, penyesuaian persediaan tetap bisa dilakukan dengan cara stock opname.
2. Sistem Periodik (Metode Fisik), yaitu pencatan persediaan beserta nilainya dilakukan hanya pada akhir periode. Sistem ini tidak akan menjurnal akun persediaan dan harga pokok apabila terjadi transaksi namun pada akhir periode perusahaan harus menghitung jumlah dan nilai yang dimaksud dengan menjurnal penyesuaian terhadap ikhtisar laba-rugi.
Adapun untuk menilai persediaan barang dagang, ini dapat dihitung dengan 3 metode harga pokok yaitu:
Perbedaan dari kedua sistem tersebut yakni:
Sistem Periodik
Sistem Perpetual
1.    Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebit rekening pembelian.
2.    Hasil penjualan dicatat dalam rekening penjualan dan pada waktu penjualan harga pokok penjualan tidak dicatat dijurnal.
3.    Nilai persediaan pada akhir  periode tidak dapat diketahui sehingga perlu melakukan perhitungan fisk persedian: dibuat penyesuaian pada akhir periode
1.    Pembelian barang dagangan dicatat dalam akun persediaan barang dagangan.
2.    Hasil penjualan dicatat dalam rekening penjualan dan pada waktu penjualan harga pokok penjualan dicatat/dijurnal.
3.    Walaupun nilai persediaan akhir dapat diketahui, penghitungan fisik tetap harus dilakukan untuk mencocokkan persediaan akhir menurut penghitungan fisik dengan catatannya.

1. Metode FIFO, yaitu barang yang lebih awal masuk yang dikeluarkan kali pertama sehingga saldo akhir persediaan ini menunjukkan barang yang dibeli terakhir.
2Metode LIFO, yaitu barang yang lebih akhir masuk yang dikeluarkan kali pertama sehingga saldo akhir persediaan ini menunjukkan barang yang dibeli terawal.
3. Metode Rata-rata, yaitu pengeluaran barang ditentukan secara rawak atau acak sehingga penentuan harga pokok untuk metode ini dicari nilai rata-ratanya.
Jika perusahaan menganut sistem persediaan Perpetual, perusahaan akan memerlukan buku besar pembantu khusus untuk persediaan barang dagang yang lazim dinamakan dengan Kartu Stok dan Mutasi Barang

           Dalam mengelola transaksi pembelian dan penjualan persediaan barang dagang Akuntansi memiliki 2(dua) metode pencatatan dan perusahaan dapat memilih salah satu diantaranya, kedua metode pencatatan tersebut adalah:
  • Metode Pencatatan Persediaan Perpetual(Perpetual Inventory Method)
  • Metode Pencatatan Persediaan Fisik/Periodik (Physical Inventory Method/Periodic System)
Metode Pencatatan Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory Method)
Menurut Dunia (A. Firdaus 2005;160) pengertian metode persediaan perpetual adalah sebagai berikut :
”Pencatatan perpetual yaitu pencatatan atas transaksi persediaan yang dilaksanakan setiap waktu, baik terhadap pemasukan maupun terhadap pengeluaran persediaan.” Dalam metode ini, pencatatan persediaan dilakukan dalam kartu persediaan yang menggambarkan persediaan sebenarnya.
Pencatatan atas transaksi dilakukan secara terus-menerus untuk setiap jenis persediaan dan untuk menjamin keakuratan jumlah persediaan perhitungan fisik persediaan biasanya dilakukan setahun sekali.
Pencatatan persediaan dengan menggunakan metode ini ditujukan terutama untuk barang yang bernilai tinggi dan untuk barang yang mudah dicatat pemasukan dan pengeluarannya digudang. Perusahaan yang menjual barang dagangan yang mahal harganya, seperti mobil, mebel peralatan rumah tangga, biasanya menggunakan metode pencatatan persediaan perpetual.
Karakteristik akuntansi dari metode pencatatan perpetual Menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2007;394) adalah :
  1. Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan ke pembelian.
  2. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian didebet ke persediaan dan bukan ke akun terpisah.
  3. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun harga pokok penjualan, dan mengkreditkan persediaan.
  4. Persediaan merupakan akun pengendalian yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada ditangan.
         Metode Pencatatan Persediaan Fisik/Periodik (Physical Inventory Method/Periodic System).
           Menurut Kieso, Weygant, & Warfield (2007;404) pengertian metode persediaan fisik yaitu sebagai berikut :
“The quantity of inventory in the hands of determined, as implied by its name, periodically. All purchase of inventory during the by debiting the account purchase accounting period are recorded. ”Penjelasan kutipan diatas adalah :
“Kuantitas persediaan ditangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian.”
Pada metode ini setiap pemasukan dan pengeluaran persediaan dicatat dalam perkiraan yang berbeda yaitu pembelian dan penjualan. Kelemahannya yaitu perusahaan tidak dapat mengetahui besarnya persediaan yang ada pada suatu saat tertentu dan tidak dapat mengetahui harga pokok barang yang dijual untuk setiap transaksi penjualan yang terjadi.
           Pada umumnya metode periodik digunakan pada perusahaan yang menjual barang yang harganya relatif murah tapi frekuensi penjualannya cukup sering.
Cara menghitung Harga Pokok Penjualan sebagai berikut :

           Berdasarkan uraian diatas, untuk dapat mengitung harga pokok penjualan diperlukan data persediaan awal (beginning inventory) dan persediaan akhir (ending inventory). Untuk dapat menyediakan data tersebut perlu dibuka perkiraan persediaan barang. Selama satu periode, perkiraan persediaan barang memperlihatkan jumlah persediaan awal. Pada akhir periode jumlah persediaan awal dikeluarkan dari perkiraan barang dan diganti dengan persediaan akhir.
Menurut Mulyadi (2001:329-556)           
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1.                  Sistem fisik (physical inventory system)
2.                  Sistem Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:
Persediaan barang dagang pada awal periode                                     Rp. xxx
Pembelian                             Rp. xxx
Biaya angkut pembelian    Rp. xxx          
                                                            Rp. xxx
            Retur & pot. Pembelian        ( Rp. xxx )
            Pembelian bersih                                                                Rp. xxx
            Barang tersedia untuk dijual                                                         Rp. xxx
            Persediaan akhir periode                                                 ( Rp. xxx )
            Harga pokok penjualan                                                      Rp. Xxx

Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
   Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam  suatu catatan tertentu.
   Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
   Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
           Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
           
Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan
Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
   Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
   Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
   Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.

Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang.

Perbedaan pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara rinci pada tabel berikut:

Perbedaan Metode Phisik dan Perpetual
TRANSAKSI
METODE FISIK
METODE PERPETUAL
Pembelian
Pembelian
          Utang Dagang/Kas
Persediaan barang                     
         Utang dagang/Kas
Pembayaran Biaya Angkut Pembelian
Beban Angkut Pembelian
         Kas
Persediaan barang dagang
         Kas
Penjualan
Kas/Piutang Dagang
        Penjualan
Kas/Piutang Dagang
         Penjualan 
(Menurut harga Jual)
Harga Pokok Penjualan
         Persediaan barang dagang
(Menurut harga pokok)

Utang Dagang/Kas
       Retur Pembelian & PH
Utang dagang/Kas
         Persediaan barang dag
Retur Penjualan & Potongan Harga
Retur Penjualan & PH
       Kas/Piutang Dagang
Retur Penjualan & PH
         Kas/Piutang 
(Menurut Harga jual)
Persediaan barang dagang
          HPP
(Menurut Harga Pokok/perolehan)
Pembayaran utang dalam periode/masa potongan
Utang Dagang
        Potongan Pembelian 
        Kas
Utang Dagang
        Persediaan barang dagang
        Kas
Penerimaan piutang dalam periode / masa potongan
Kas
Potongan Penjualan 
       Piutang Dagang
Kas
Potongan Penjualan 
       Piutang Dagang
Pembayaran biaya angkut penjualan
Beban angkut penjualan
        Kas
Beban angkut penjualan
        Kas
Perhitungan HPP
 Seperti yang dijelaskan di atas
HPP akan dihitung berdasarkan kartu persediaan barang
Penyesuaian Persediaan akhir
Iktisar L/R
      Persediaan barang dag 
Persediaan barang dag
      Ikhtisar L/R
Tidak perlu penyesuaian kecuali jika terdapat koreksi yang perlu disesuaiakan

          Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi
Sistem Periodik
Sistem Perpetual
1.
Membeli barang dag. secara. kredit Rp 10.000
Pembelian
Hutang
10.000

 10.000
Pers. Brg Dag
Hutang
10.000

 10.000
2.
Retur pemb.
Rp  500
Hutang
Retur Pemb.
500

 500
Hutang
Pers. Brg Dag
500

 500
3.
Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan HP barang Rp 1.500
Piutang/Kas
Penjualan
4.000

 4.000
Piutang/Kas
Penjualan

HPP
Pers. Brg Dag
4.000


1.500

 4.000




 1.500
4.  
Pada akhir tahun 
Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada
Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu dilakukan 
Misalkan menurut perhitungan fisik pd akhir thn saldo persediaan Rp 200 & pd awal tahun Rp 150.
Ikhtisar L/R
Pers. B.D.
Pers B.D
Ikhtisar L/R
150


200


150

 
200
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.










a.      Menurut system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:
1.             Metode Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
Metode harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang sesungguhnya. Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak banyak unitnya (kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2010 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan   1.750 unit @ Rp. 6.000/unit
Jan. 5 Pembelian     1.000 unit @ Rp. 6.200/unit
Jan. 10           Pembelian     2.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 15           Pembelian     1.500 unit @ Rp. 6.400/unit
Jan. 20           Pembelian     3.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 25           Pembelian     2.500 unit @ Rp. 6.500/unit
Jan. 30           Pembelian     2.000 unit @ Rp. 6.400/unit
          Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 30 Januari 2010 sebanyak 3.000 unit, terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Januari 50 %, pembelian tanggal 25 Januari 25% dan selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 2010.
Tentukan nilai perediaan tanggal 31 Januari 2010 dengan metode tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada tanggal 31 Januari 2010 adalah :
1.500 x Rp. 6.400     = Rp. 9.600.000
   750 x Rp. 6.500     = Rp. 4.875.000
   750 x Rp. 6.200     = Rp. 4.650.000
         3.000 unit                        Rp.19.125.000

2.         Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan awal                      xxx
Pembelian                                xxx +
Tersedia untuk dijual              xxx
Penjualan                                 xxx –
Persediaan akhir                      xxx
Metode FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/ Piutang Dagang              xxx
Penjualan                                 xxx
HPP                                         xxx
Persediaan barang                   xxx
3.         Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
          Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.
4.             Metode rata-rata
a.             Rata-rata sederhana
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per unit setiap kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit                                      =        Total harga perunit pembelian
  Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir                 = Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan        = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
b.            Rata-rata tertimbang
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai pembelian dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya perunit                  =         Jumlah harga perunit x banyaknya unit
      Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir  = persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan       = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
contoh
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan   1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10           Pembelian        800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18           Penjualan        900 unit
Jan. 20           Pembelian        700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27           Penjualan        500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:
a.            FIFO
                  Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:    
                  Pembelian tgl  20 Januari 2011 = 700 x Rp. 600                 = Rp. 420.000
                  Pembelian tgl  20 Januari 2011 = 400 x Rp. 550                 = Rp. 220.000
Jumlah                                            1.100                                Rp. 640.000
b.            LIFO
                  Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:    
                  Persediaan tgl  1 Januari 2011  = 1.000 x Rp. 500  = Rp. 500.000
                  Pembelian tgl  10 Januari 2011 =    100 x Rp. 550  = Rp.   55.000
Jumlah                                            1.100                                Rp. 555.000
c.             Rata-Rata Sederhana
                  Jumlah persediaan 1.100 unit
                  Harga rata-rata per unit:
                  Rp. 500 + Rp. 550 + Rp. 600   
                  Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
                  1.100 x Rp. 550  =  Rp. 605.000
         d.      Rata-Rata Tertimbang
                  Jumlah persediaan 1.100 unit
                  Harga rata-rata per unit:
                  (1.000 x Rp. 500) + (800 x Rp. 550) + (700 x Rp. 600)        
                                                                                                                                                                                                   1000 + 800 + 700
                  = (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000) : 2.500  = Rp. 544
                  Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
                  1.100 x Rp. 544  =  Rp. 598.400
b.      Menurut system Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan   1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10           Pembelian        800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18           Penjualan        900 unit
Jan. 20           Pembelian        700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27           Penjualan        500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata bergerak !
a.            Metode FIFO:
         Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.

Tgl

Ket
Diterima
Dikeluarkan
Persediaan (saldo)
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Jan 1
Persediaan






1000
500
500.000
    10
Pembelian 
800
550
440.000



1000
 800 
500
550
500.000
440.000 
  18 
Dijual 



900
500
450.000
100
800
500
550 
  50.000
 440.000
   20 
Pembelian 
700 
600

420.000 



100
800
700
500
550 
600
  50.000
 440.000
420.000
27 
Dijual 



100
400
500
550
50.000
275.000
400
700
550
600
220.000
420.000 
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550         = Rp. 220.000
700 @ Rp. 600         = Rp. 420.000
1.100                             Rp. 640.000

b.            Metode LIFO:
         Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan. 


Tgl

Ket
Diterima
Dikeluarkan
Persediaan (saldo)
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Jan1
Persediaan






1000
500
500.000
    10
Pembelian 
800
550
440.000



1000
 800 
500
550
500.000
440.000 
  18 
Dijual 



800
100
550
500
440.000
  50.000
900
500
450.000
   20 
Pembelian 
700 
600
420.000 



900
700
500 
600
450.000
420.000
27 
Dijual 



500
600
300.000
900
200
500
600
450.000
120.000 
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500         = Rp. 450.000
200 @ Rp. 600         = Rp. 120.000
1.100                             Rp. 570.000

c.             Metode Rata-Rata Bergerak:
         Metode rata-rata yang digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan Rata-rata bergerak. Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu bergerak / berubah sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit persediaan yang dimiliki perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak:




Tgl
Diterima
Dikeluarkan
Persediaan (saldo)
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Jan1






1000
500
500.000
10
800
550
440.000



1800
522,2
940.000
  18 



900
522,2
469.980
900
522,2
469,980
  20 
700 
600
420.000



1.600
556,2
889,980
  27 



500
556,2
278.100
1.100
556,2
611.820
Dari harga perhitungan diatas maka besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit adalah sebesar Rp. 611.820









BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
          Setiap perusahan dagang tentunya memiliki persedian barang dagan yang akan di jual kekonsumenya agar perusahan mendapatkan profit dari penjualan untuk pencapainya tujuan visi dan misi perusahaan, hal itu tentulah saja didukung oleh beberapa pemasok-pemasok tetap yang akan memperlancar akses penjualan dalam suatu perusahaan.
        Dalam setiap tranksaksi pembelian barang dagang yang dibeli dari pemasok haruslah di ketahui berapa banyak yang mampu perusahan jual, berpa kentungan perusahan yang didapatkan dan berapa persen potongan harga yang akan diberikan, untuk kelangsungan tranksaksi.
B.           Saran
            Dalam proses tranksaksi perusahan atau proses pembelian perusahan harus di catat di buku stok terlebih dahulu pada saat barang masuk dalam suatu tokoh, barang yang di beli dalam merek/kualitas yang sama, harganya haruslah sama walaupun proses tranksaksinya dilakukan dengan waktu yang berbeda. Agar menghindari lost profit margin, dan mempermudah dalam menganalisa list inventori stok (menguragi kerugian).